• gambar
  • gambar

Your Site Has Benn Hacked

Pencarian

Kontak Kami


Hacked By: Z-BL4CX-H4T

NPSN : 20504476

Jl.Raya No.56 Sugihwaras, Bojonegoro


info@smanegeri1sugihwaras.sch.id

TLP : 08113109138


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 287022
Pengunjung : 66397
Hari ini : 14
Hits hari ini : 24
Member Online : 0
IP : 3.236.86.184
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

Refleksi Filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara




 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Salam sejahtera untuk kita semua.

Ibu dan Bapak guru hebat dimanapun berada, semoga kita semua selalu dalam lindungan dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Nama saya Ari Kuncoro, guru mata pelajaran Informatika yang bertugas di Satuan Pendidikan SMA Negeri 1 Sugihwaras. Saya adalah salah satu peserta kegiatan Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) angkatan 7 Kabupaten Bojonegoro, yang di Fasilitatori oleh Bapak Agus Syafii dan oleh Pengajar Praktik Bapak Drs. Ahmadi. Pada kesempatan ini saya akan membuat refleksi dan kesimpulan dan pengalaman baru dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dari modul 1.1 yang sudah saya pelajari pada LMS.

 

Menjadi seorang pendidik bagi saya adalah sesuatu yang istimewa, karena pendidik mempunyai tanggungjawab dan amanah untuk mendidik anak-anak yang akan menjadi penerus kehidupan di masa depan. Pendidik tidak hanya fokus untuk intelektual dan kognitif anak saja, tetapi juga harus bisa menuntun anak dengan pembelajaran yang sesuai dengan kodratnya sehingga mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebaik-baiknya dimanapun mereka berada.

 

Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”

 

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

 

Dalam konsep pemikiran yang saya bahas pertama adalah tentang "kodrat alam dan kodrat zaman". Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”

Ki Hadjar Dewantara mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut

“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)

 

Konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara selanjutnya adalah semboyan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Dimana seorang pendidik harus bisa menjadi tauladan di depan, memberi contoh atau menjadi panutan, kemudian di tengah atau dalam prosesnya pendidik harus bisa membangun semangat atau menciptakan ide dan inovasi, kemudian seorang pendidik juga harus bisa memberikan dorongan, motivasi, arahan kepada peserta didik dari belakang.

 

Selanjutnya, konsep Ki Hadjar Dewantara tentang asas Tri-Kon ;

  • Kontinuitas artinya kita harus bergerak dan berpikir maju ke depan tanpa melupakan sejarah dan tidak boleh lupa akan akar nilai budaya yang hakiki yang dimiliki oleh bangsa indonesia. Pendidik harus bisa menjelaskan dan menerangkan sejarah dan budaya bangsa indonesia, kita perlu belajar dari sejarah untuk kemajuan pendidikan indonesia dimasa yang akan datang dan tumbuh kembangnya peserta didik dimasa yang akan datang.
  • Konvergensi artinya pendidikan itu harus berasaskan memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan. Pendidik harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik sehingga pemikirannya penuh dengan kebijaksanaan dalam menyikapi kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
  • Konsentris artinya pendidikan harus menghargai keragaman dan memerdekakan pembelajaran, setiap peserta didik memiliki keunikan masing-masing. Pendidik harus mampu mengidentifikasi peserta didiknya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan, sehingga peserta didik dapat menerapkan konsep pembelajaran yang berpihak kepada murid.

 

Konsep selanjutnya dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah pendidik harus bisa "Menuntun" laku dan pertumbuhan kodrat anak, peran pendidik di ibaratkan seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.  Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.

Dalam proses “Menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat). Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.

 

Konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara selanjutnya adalah Budi Pekerti, atau watak atau karakter yang merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak. Di lingkungan sekolah, seorang pendidik diharapkan mampu menerapkan konsep budi pekerti kepada peserta didik dalam pembelajaran, melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain.

 

Setelah melakukan pembelajaran tentang filosofi Ki Hadjar Dewantara, maka sebagai implementasi yang dapat segera saya terapkan di kelas agar lebih baik, antara lain adalah:

  • Menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi, yang mana saya harus bisa mengakomodir kebutuhan murid sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
  • Menyadari bahwa peserta didik harus diberi pembelajaran sesuai kodrat alam maupun kodrat zaman nya, sehingga saya tidak terlalu memaksakan siswa. Bahwa siswa memiliki kemerdekaan untuk menjadi dirinya sendiri
  • Menghindari kegiatan menghukum siswa dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, dan saya harus melakukan pendekatan yang lebih humanis dan holistik, untuk membangun kesadaran dan karakter mereka.
  • Menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid, dengan melakukan refleksi pada setiap selesai kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

 

Kepada peserta didik, sebagai implementasi pemikiran Ki Hadjar Dewantara pada pembelajaran di sekolah, beberapa hal yang dilakukan, antara lain adalah:

  • Meminta peserta didik di kelas (ketua kelas atau perwakilan) untuk selalu melakukan doa sebelum pelajaran dimulai, jadi tidak hanya berdoa pada saat di awal dan sebelum pulang sekolah. Kegiatan yang dimaksudkan untuk meminta ilmu yang berkah dan manfaat untuk kehidupan.
  • Mendampingi anak-anak pada saat melakukan kegiatan bersih jumat, dimana semua peserta didik diminta untuk membesihkan kelas masing-masing mulai dari lantai dalam kelas, langit-langit, kaca jendela dan juga lingkungan sekolah seperti taman depan kelas ataupun taman literasi, lapangan dan tempat-tempat lain yang ada di sekolah.
  • Melakukan pengumpulan dana sosial apabila ada musibah seperti ada wali murid yang meninggal dunia, ada musibah alam di suatu tempat, atau untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. Selain bisa meringankan beban orang yang terkena musibah, kegiatan seperti ini juga untuk meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap sesama.
  • Melakukan kerjasama dengan organisasi lain seperti Palang Merah Indonesia, untuk melakukan kegiatan donor darah di sekolah, yang mana kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan sebagai sesama dan kedua guna mencukupi ketersediaan stok darah mengingat saat ini semakin banyak orang membutuhkan pertolongan darurat dengan tranfusi darah.
  • Mengajak peserta didik untuk melakukan ibadah sholat dhuhur dan ashar bersama. Kegiatan ini selain sebagai sarana latihan untuk menjalankan perintah Allah Swt, juga mendidik siswa untuk menjadi teratur, terarah dan disiplin, baik disiplin dalam belajar maupun disiplin pada tata tertib.
  • Dan banyak kegiatan lain yang bertujuan untuk menguatkan karakter pada peserta didik misalnya mengajarkan salam-senyum-sapa, menggunakan bahasa yang baik dan sopan saat berinteraksi, selalu menghadap guru ketika ijin masuk atau keluar kelas, merawat fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah, cepat tanggap ketika ada peserta didik yang sakit atau memerlupan bantuan, dll.

 

Kegiatan-kegiatan di sekolah tersebut juga sudah sangat sesuai dan merupakan cerminan dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam konteks lokal sosial budaya yang ada di daerah, misalnya dalam sedekah bumi atau biasa disebut dengan manganan atau slametan, pawai ta’aruf, sayan/gotong royong, wiwit, dan lain-lain. dimana kegiatan-kegiatan tersebut sangat kental dengan nilai-nilai karakter seperti religius karena ada doa-doa yang dipanjatkan dan juga ceramah dari pemuka agama, kekeluargaan dan gotong royong karena antar warga masyarakat bersama-sama membawa makanan untuk dikumpulkan untuk dinikmati bersama, rasa bersyukur dan saling berbagi atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, kepedulian terhadap sesama warga masyarakat, dan juga wujud rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

 

Ibu dan Bapak guru hebat dimanapun berada, demikianlah kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hadjar Dewantara modul 1.1 yang bisa kami utarakan pada kesempatan kali ini, ada kurang lebihnya mohon dimaafkan.

 

Wassalamu'alaikum wr. wb.

 

Salam Guru Penggerak




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas